Rabu, 25 Desember 2013

Softskill Perilaku Konsumen - SAP 11 ( KELAS SOSIAL dan KELOMPOK SOSIAL)

Nama     : Rose Iman Sari
Kelas      : 3EA17
NPM       : 16211462


KELAS SOSIAL dan KELOMPOK STATUS

     A.  Perbedaan antara Kelas Sosial dengan Status Sosial
KELAS SOSIAL
Kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi (menurut Barger). Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan / perekonomian individu.

STATUS SOSIAL
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.

     B.  Pemilikan
Pemilikan adalah tata cara yang digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan manfaat yang dihasilkan oleh jasa atau barang tertentu.

     C.  Dinamika Kelas Sosial
Prilaku kelas sosial dinamis karena mencerminkan lingkungan yang berubah. Dinamika kelas sosial mencerminkan perbedaan kelas antara kelas middle-up and middle-down. 

     D.  Social Mobility dan Konsekuensinya terhadap Market
Mobilitas adalah suatu gerak dalam struktur sosial,yaitu  pola tertentu yang mengatur suatu organisasi suatu kelompok sosial.
Tipe gerak sosial ada 2,yaitu;

1). Gerak sosial vertikal
Gerak sosial vertikal adalah suatu perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat.
Sesuai dengan arahnya,gerak sosial vertikal ada 2 macam, yaitu:

a)   Gerak sosial vertikal naik
Terdapat dua bentuk utam,yaitu;
· Masuknya individu ang mempunyai kedudukan rendah ke dalam    kedudukan yang lebih tinggi
· Pembentukan suatu kelompok baru,yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi

 b)   Gerak sosial vertikal turun
Terdapat dua bentu utama,yaitu;
· Turunnya keddudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya
· Turunnya derajat kelompok individu yang dapat berupa disentegrasi kelompok sebagai suatu kesatuan

2). Gerak Sosial Horizontal
Gerak sosial horizontal ialah suatu perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang sederajat.

 Konsekuensinya terhadap Market :
Mobilitas sosial sendiri memiliki arti yaitu perbedaan status sosial. Perbedaan status sosial antara seseorang dapat mempengaruhi prilaku seseorang dalam membeli. Apabila mobilitas sosial seseorang  lebih tinggi maka secara otomatis orang tersebut akan mempunyai prilaku pembelian yang lebih konsumtif, dan begitu sebaliknya jika seseorang berada pada tingkat moilitas sosial yang rendah, maka orang tersebut tingkat konsumsinya akan mengalami penurunan.Kasus tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Abraham H Maslow,yaitu Teori Kebutuhan Maslow.

     E.  Klasifikasi Geodemografi dan Manfaatnya bagi Pemasar
Klasifikasi  geodemografi merupakan gabungan antara demografi dan geografi. Yang termasuk dalam demografi itu sendiri terdiri atas industri, perusahaan, dan lokasi. sedangkan geografi terdiri atas region, ukuran kota, tingkat pendapatan dan iklim. pemanfaatannya itu sendiri bagi pemasar yaitu merupakan pada bidang industri dapat memasarkan produk yang diproduksi dari industri tersebut, sehingga dapat memperoleh keuntungan yang sesuai. Dalam perusahan juga sama saja pada bidang industri tersebut. Lokasi yang strategis dapat mempengaruhi pemasaran sehingga dalam menentukan lokasi merupakan sangat penting. Region dalam manfaatnya bagi pemasar sebuah wilayah yang masyarakat konsumennya memakai produk yang sesuai dengan yang dibutuhkan. ukuran kota yang terdapat pada suatu wilayah sangat mempengaruhi manfaat bagi pemasar itu sendiri. tingkat kepadatan penduduk yang tinggal dalam suatu wilayah berarti tingkat konsumsi suatu produk sangat besar pada wilayah tersebut. sehingga sangat jelas bahwa tingkat kepadatan sangat mempengaruhi dan banyak manfaatnya bagi pemasar. Iklim yang tidak mendukung dapat membuat pemasaran tidak efektif karena akan menghambat transaksi pemasaran. dari uaraian diatsa klasifikasi geodemografi mempunyai manfaanya bagi pemasaran.

     F.  Pemasaran untuk Pangsa Kelas Sosial
Prosedur untuk pangsa pasar mencakupi langkah-langkah berikut:
(a) Identifikasi pemakaian kelas sosial dari produk.
(b) Perbandingan variable kelas sosial untuk pemagsaan dangan variable lain    (pendapatan,  siklus hidup, dsb)
(c) Deskripsi karakteristik kelas sosial yang diidentifikasi di dalam target pasar.
(d) Perkembangan program pemasaran unuk memaksimumkan keefektifan bauran pemasaran yang didasarkan pada konsistensi dengan sifat kelas sosial.

Pangsa pasar kelas sosial dideskripsikan dengan dua jenis variable:
(a) Informasi profil umum 
(b) Informasi spesifikasi produk 

Analisis pangsa pasar berdasarkan profil sosioekonomi memungkinkan seseorang  pemasar mengembangkan program pemasaran yang komprehensif agar cock degan karakteristik sosioekonomi dari target pasar. Ini akan mencakupi sifat produk, strategi media, strategi kreatif, saluran distribusi, dn penetapan harga.

     G.  Pengenalan Kebutuhan dan Kriteria Evaluasi
     Adapun kriteria untuk mengevaluasi produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen yaitu:
a.   Busana
Jenis, kualitas dan gaya busana yang dikenalkan seseorang erat berhubungan dengan kelas sosial orang bersangkutan, seperti dideskripsikan dengan gamblang didalam konsumen. Minat besar akan mode biasanya didapatkan di dalam kelas sosial atas, walaupun minat yang tinggi mungkin didapatkan di antara semua kelas sosial.
Busana berfungsi juga sebagaisimbol perbedaan kelas karena visibilitasnya yang tinggi. Ketika remaja putri minta mendeskripsikan karakteristik gadis yang popular, maka respon yang paling kerap di berikan adalah “berbusana baik” yaitu dihubungkan dengan karakteristik kelas sosial.

b.   Perabotan Rumah
Kriteria yang digunakan oleh keluarga untuk melengkapi sebuah rumah dengan perabot berhubungan erat dengan kelas sosial. Laumann dan House mengamati secara cermat isi dan karakteristik dari sebuah ruang duduk, Responden modern umumnya bersikap mobile ke atas, didalam generasi ini mereka kerap merupakan orang kaya baru. Orang kaya tersebut mungkin mempunyai kebutuhan kuat untuk mengabsahkan status yang baru mereka dapatkan. Namun, mereka mungkin belum diterima secara sosial oleh kelas atas tradisional, maka berpaling pada konsumsi yang mencolok atau pamer produk yang merupakan simbol dari kedudukan mereka.

c.   Waktu Senggang
Pemakaian terbanyak dari fasilitas waktu senggang komersial dan fasilitas publik yaitu kelas menengah, karena kelas atas kerap mempunyai fasilitas mereka sendiri dan kelas bawah kerap tidak mampu menggunakan atau tidak mempunyai kecendrungan untuk berpartisipasi di dalamnya.
Kepala eksekutip perusahaan besar mungkin mempunyai sedikit waktu untuk kegiatan senggang karena jam kerja mereka yang panjang. Namun kebanyakan manajer senior menikmati pengajaran waktu senggang secara harian. Banyak yang mengambil bagian dalam olah raga rekreasi, yang lain melukis, bermain alat musik, memotret alam, dan keluarga dan lain-lain.

d.   Kartu Kredit
Penerimaan dan pemakaian kartu kredit tampaknya berhubungan hingga jangkauan tertentu dengan kelas sosial . slocum dan Mathews menyimpulkan bahwa kelas bawah lebih suka menggunakan kartu kredit untuk barang tahan lamadan barang keperluan (perkakas, perabot dan busana).berlawanan dengan kelas menengah, yang menggunakanya untuk hal-hal yang mewah ( perjalanan, barang dan restoran).

     H.  Proses Pencarian
Jumlah dan jenis pencarian yang dijalankan oleh individu bervariasi menurut kelas sosial terendah, mempunyai sumber informasi terbatas, dan mereka kurang beruntung dalam menyaring kesalahan informasi dan kecurangan didalam masyarakat urban yang kompleks. Untuk mengimbanginya, konsumen kelas pekerja kerap mengandalakn kerabat atau teman dekat untuk informasi mengenai kepuasan konsumsi. Konsumen kelas menengah lebih percaya pada informasi yang diperoleh dari media dan secara aktif terlibat dalam pencarian exsternal dari media tersebut. Semakin tinggi tingkat sosial, semakin besar akses kedalam informasi media.

     I.  Bahasa Sosial
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya bagaian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan bahasa lainnya. 
Hubungan antara bahasa dengan konteks sosial tersebut dipelajari dalam bidang Sosiolinguistik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Trudgill bahwa “Sosiolinguistik adalah bagian linguistik yang berhubung kaitan dengan bahasa, fenomena bahasa dan budaya. Bidang ini juga mengkaji fenomena masyarakat dan berhubung kaitan dengan bidang sain sosial seperti Antropologi seperti sistem kerabat. Antropologi bisa juga melibatkan geografi dan sosiologi serta psikologi sosial”.
Fishman menyatakan bahwa Sosiolinguistik memiliki komponen utama yaitu ciri-ciri bahasa dan fungsi bahasa. Fungsi bahasa dimaksud adalah fungsi sosial (regulatory) yaitu untuk membentuk arahan dan fungsi interpersonal yaitu menjaga hubungan baik serta fungsi imajinatif yaitu untuk menirukan alam fantasi serta fungsi emosi seperti untuk mengungkapkan suasana hati seperti marah, sedih, gembira dan apresiasi.
Konteks sosial bahasa mempunyai kelas sosial (social class) yang mengacu kepada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya. 

     J.   Proses Pembelian
Status sosial mempengaruhi di mana dan bagaimana orang merasa mereka harus berbelanja.Orang dengan status rendah memiliki tempat lokal yang memungkinkan bertatap muka di mana mereka mendapatkan pelayanan dan kreditt yang mudah acap kali di dalam lingkungan tempat tinggal.
Konsumen kelas menengah atas merasa lebih percaya akan kemampuan mereka dalam berbelanja.Mereka akan bertualang ke tempat – tempat baru untuk berbelanja dan akan menelajahi sebuah toko untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.Toko yang memberikan potongan harga secara tradisional menarik bagi kelas menengah karena mereka cermat dan berpikiran ekonomis dalam pembelian mereka.Pada tahun – tahun awal,toko yang memberikan potongan harga kerap tidak menjual mereka bergengsi atau merk desainer,,tetapi karena pendapatan kelas menengah bertambah dan pengaruh informasi meluas.
   
     K.  Metode Penelitian Pemasaran untuk Mengukur Kelas Sosial
Para peneliti pemasaran mengukur kelas sosial sebagai variabel bebas untuk menentukan hubungannya dengan variabel terikat yaitu minat akan sesuatu. Metode objektif memberikan status berdasarkan responden yang memiliki semacam nilai dari variabel yang distratifikasikan.Variabel yang sering di gunakan yaitu pekerjaan pendapatan, pendidikan ukuran dan jenis tempat tinggal, pemilikan barang.
Nilai – nilai yang di tetapkan dalam satu dri dua cara.Satu metode menggu nakan survei terhadap orang yang diminta untuk meningkatkanprestise orang – orang dalam berbagai pekerjaan.Metode yang kedua yaitu menggunakan ukuran objektif seperti peningkatan pendidikan rata –rata atau pendapatan kelompok pekerjaan.




SUMBER :

Kamis, 12 Desember 2013

Softskill PERILAKU KONSUMEN - SAP 10 (DINAMIKA KELOMPOK DAN KELOMPOK RUJUKAN)

Nama      : Rose Iman Sari
Kelas      : 3EA17
NPM     : 16211462

DINAMIKA KELOMPOK DAN KELOMPOK RUJUKAN



     A.  Kelompok Rujukan

Kelompok Rujukan atau Kelompok Acuan merupakan sekelompok orang yang dianggap memiliki pengaruh evaluasi, aspirasi, bahkan perilaku terhadap orang lain secara langsung ataupun tidak langsung, dan dianggap sebagai pembandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai dan sikap umum/khusus atau pedoman khusus bagi perilaku .
Kelompok rujukan memberikan standar (norma atau nilai) yang dapat menjadi perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir atau berperilaku, dan kelompok ini berguna sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusan.


     B.  Keluarga dan Studi Perilaku Konsumen

Sebagian besar penelitian prilaku konsumen mengambil individu sebagai unit dianalisis. Tujuan pada umumnya adalah untuk memperjelas dan memahami bagaimana individu membuat keputusan pembelian strategi pemasaran dapat dikembangkan untuk dapat mempengaruhi proses tersebut dengan lebih efektif.
Studi tentang keluarga dan hubungan mereka dengan pembelian dan konsumsi adalah penting, tetapi kerap diabaikan dalam analisis prilaku konsumen.

Pentingnya keluarga timbul karna dua alasan:
Pertama,banyak produk dibeli konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga. Rumah adalah contoh produk yang dibeli oleh kedua pasangan, barangkali melibatkan dengan anak,kakek-nenek, atau anggota keluarga lainya. Mobil biasanya dibeli keluarga, dengan kedua pasangan dan kerap anak remaja terlibat dalam pelbagai tahap keputusan.
Kedua, bahkan ketika pembelian dibuat oleh individu, kepuusan pembelia individu bersangkutan mungkin snagat dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya. Anak-anak mungkin membeli pakaian yang dibiayai oleh orang tua, begitu juga sebaliknya.
Pemasar sangat tertarik dengan penagmbilan keputusan dengan pengambilan keputusan suatu keluarga, bahwa bagaimana suatu keluarga itu yang anggota-anggotanya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain ketika menentukan suatu pembelian tehadap suatu produk. Sehingga suatu penelitian itu menunjukan bahwa orang yang berbeda dalam suatu keluarga dapat memaikan peran social yang berbeda dan menampakan prilaku yang berbeda pada saat mengambil suatu keputusan dan mengkonsumsi suatu produk. Sehingga suatu pemasaran haru dapat mengetahui anggota keluarga mana yang setiknya berpengaruh terhadap suatiu keputusan. Peran-peran dalam pengambilan keputusan antara lain yaitu:
1. Pemberi pengaruh (influencers) :orang yang memberiakan informasi bagi anggota lainya tetang suatu produk.
2.Pengambil keputusan (deciders) :orang yang memiliki kekuasaan untuk menentukan apakah produk tersebut akan dibeli atau tidak.
3. Pembeli (buyers) : orang yang akan membeli produk tersebut.
4. Pengguan (users) : orang yang mengkonsumsi atau menggukan produk tersebut.


     C.  Variabel yang Memepengaruhi Pembelian

1.   Variable sosiologis yang mempengaruhi keluarga
Bagaimana keluarga mengambil keputusan dapat dimengerti denganlebih baik dengan mempertimbangkan dimensi sosilogis seperti kohesi, kemamampuan beradaptasi dan komunikasi.
2.   Keputusan pembelian keluarga
Keluarga adalah “pusat pembelian” yang merefleksiakan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan.
3.   Peran individu dalam pembelian keluarga
Kebutuhan konsumsi keluarga melibatkan setidaknya lima peranan yang dapat didefinisikan. Peran-peran ini mungkin dipegang oleh suami , istri, anak, atau anggota lain dalm rumah tangga.
a) Penjaga pintu ( gatekeeper) : inisiator pemikiran keluarga mengenai pembelian produk.
b) Pemberi pengaruh (influencer ) : individu yang opininya dicari dalam pembelian produk.
c) Pengambil keputusan  (decider) : orang yang mempunyai wewenang/kekuasaan keuangan.
d) Pembeli (buyer) : orang bertindak sebagai agan pembeli
e) Pemakai (user) : orang yang mengguanakan produk

4. Perilaku peran (role behavior)
Peran instrumental, yang digunakan sebagai peran fungsional atau ekonomi, melibatkan aspek keluarga, kerakter performansi, dan sifat “fungsional” lain seperti  kondisi pembelian.
5.   Peran pasangan hidup dalam keputusan pembelian
Keputusan konsumsi dipegaruhi oleh jenis keluarga dimana individu menjadi anggota.
6. Menurunya perbedaan jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin walaupun ada gerakan menjauh dari mendominasi peranjenis kelamin,masih ada beberapa produk dan dalam beberapa situasi.


     D.  Siklus Kehidupan Keluarga dan Perilaku Pembelian

Keluarga berubah bersama waktu,  melewati serangkaian tahap. Proses ini disebut siklus kehidupan keluarga (SKK).
1. Tahap Single
Walaupun pendapatan relatif rendah, mereka menjadi sasaran dari sedikit permintaan yang kaku, maka konsumen di dalam tahap ini umumnya memiliki pendapatan bebas yang besar. Sebagian dari pendapatan ini digunakan untuk membeli mobil dan peralatan dasar serta peralatan untuk tempat tinggal mereka yang pertama jauh dari rumah --- biasanya sebuah apartemen. Mereka cenderung lebih mengikuti mode dan berorientasi pada rekreasi, menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk busana, minuman keras, makanan diluar rumah, liburan, pengejaran waktu senggang dan produk serta jasa lain yang terlibat dalam permainan perkawinan.
2. Pasangan yang baru menikah
Pasangan yang baru menikah dan tanpa anak biasanya lebih kaya secara financial daripada sebelumnya dan pada masa dating yang tidak terlalu lama lagi karena istri biasanya bekerja. Keluarga pada tahap ini juga membelanjakan sebagian besar dari pendaptan mereka untuk mobil, busana, liburan, dan kegiatan waktu senggang lain. Mereka juga mempunyai angka pembelian yang tinggi dan pembelian rata-rata tertinggi untuk barang yang tahan lama, khususnya perabot dan peralatan rumah tangga dan barang mahal lain, dan tampaknya lebih rentan terhdapa iklan didalam tahap ini.
3. Sarang lengkap I (Full nest I)
Dengan adanya anak pertama, beberapa istri berhenti bekerja diluar rumah, dan sebagai akibat pendapatan keluarga menurun. Pada saat yang sama, anak kecil menimbulkan masalah baru yang mengubah cara keluarga membelanjakan pendpatannya. Dua pasangan tersebut mungkin pindah rumha pertama mereka, membeli perabot dan perlengkapan untuk anak mereka, membeli mesin cuci, alat pengering dan barang pemeliharaan rumah, dan membeli produk seperti makanan bayi, obat gosok, obat batuk, vitamin, mainan, mobil, kereta luncur, dan sepatu luncur. Kebutuhan ini mengurang tabungan keluarga dan suami serta istri kerap merasa tidak puas dengan posisi keuangan mereka.
4. Sarang lengkap II (Full Nest II)
Pada tahap ini, anak terkecil berusia 6 tahun atau lebih, pendapatan suami membaik, dan istri kembali bekerja dirumah. Akibatnya, posisi keuangan keluarga biasanya meningkat. Pola kosumsi terus sangat dipengaruhi oleh anak-anak mereka karena keluarga cendrung membeli makanan dan supply untuk kebersihan dalam kemasan berukuran lebih besar, sepeda, piano, dan pelajaran music.
5. Sarang lengkap III (Full Nest III)
Sementara keluarga bertambah tua, posisi keuangannya biasanya terus membaik karena penddaptan suami bertambah, istri kembali bekerja atau mendapat gaji lebih tinggi dan anak-anak mendapatkan uang dari kerja sambilan. Keluarga umumnya mengganti beberapa bagian perabot, membeli satu mobil lagi, membeli beberapa peralatan mewah, dan membelanjakan banyak uang untuk pelayanan perawatan gigi dan untuk pendidikan anak-anak.
6. Sarang Kosong I (Empty Nest I)
Pada tahap ini keluarga paling puas dengan posisi keuangan mereka dan jumlah uang yang ditabung karena pendapatan terus bertambah dan anak-anak suddah meninggalkan rumah dan tidak lagi bergantung kepada orang tua mereka dalam hal keuangan. Pasangan tersebut kerap membuat perbaikan rumah, membeli barang mewah dan membelanjakan proporsi yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk liburan, perjalana dan rekreasi.
7. Sarang Kosong II (Empty Nest II)
Pada waktu ini, kepala rumah tangga sudah pension sehingga pasangan tersebut biasanya menderita penurunan nyata dalam pendapatan. Pengeluaran menjadi lebih berorientasi pada kesehatan, berpusat pada barang-barang seperti peralatan kedokteran, produk perawatan medis yang membantu kesehatan tidur dan pencernaan dan barang kali rumah yang lebih kecil, apartemen atau kondominium di daerah yang beriklim lebih ramah.
8. Orang yang Bertahan Sendiri (Solitary Survivor)
Bila masih bekerja, orang yang bertahan ini masih menikmati pendapatan yang besar. Mereka mungkin menjual rumah mereka, biasanya membelanjakan uang lebih banyak untuk liburan, rekreasi dan jenis produk seperti jasa berorientasi kesehatan seperti disebutkan di atas.
9. Orang yang Bertahan Sendiri dan Sudah Pensiun (Retired Solitary Survivor)
Orang yang bertahan sendiri dan sudah pension mengikuti pola konsumsi umum yang sama kecuali pada skala yang lebih rendah karena penurunan pendapatan. Selain itu, individu ini mempunyai kebutuhan khusus akan perhatian, kasih saying dan keamanan.
 

     E.  Siklus Kehidupan Keluarga Tradisional
Saat ini pendefinisian keluarga secara tradisional mendapat tantangan. Maraknya orang tua tunggal, perceraian, perpisahan dan pernikahan kembali membuat struktur tradisional mengalami perkembangan. Namun penelitian memperlihatkan bahwa siklus hidup sebuah keluarga yang paling menguntungkan adalah model keluarga tradisional, dan model yang lain dianggap sebagai deviasi dari norma ini (Carter & McGoldrick, 1999). Tahap-tahap dari siklus hidup sebuah keluarga tradisional adalah sebagai berikut:


Tahapan
Tugas
Pengalaman dari keluarga asal
Membangun hubungan dengan orang tua, saudara dan
teman-teman
Menyelesaikan sekolah
Meninggalkan rumah
Membedakan diri dengan keluaga asal dan mengembangkan hubungan sesama
dewasa dengan orang tua
Membantung hubungan pertemanan yang intim
Memulai karir/pekerjaan
Tahap pra pernikahan
Memilih pasangan
Mengembangkan hubungan
Memutuskan untuk menikah
Tahap pasangat tanpa anak
Mengembangkan cara hidup bersama yang didasarkan atas realitas dan
bukannya proyeksi bersama
Mengatur kembali hubungan dengan keluarga asal dan teman-teman, dan melibatkan pasangan
Keluarga dengan anak kecil
Mengatur kembali sistem pernikahan dengan memberi tempat
pada keberadaan anak
Memulai peran sebagai orang tua
Mengatur kembali hubungan dengan keluarga asal dengan melibatkan peran saudara dan kakek/nenek
Keluarga dengan anak remaja
Mengatur kembali hubungan orang tua-anak untuk memberikan tempat pada kebebasan yang lebih besar
Mengatur kembali hubungan pernikahan dan memusatkan pada masalah tengah baya dan karir
Melepas anak
Membereskan masalah paruh baya
Mengatur ulang hubungan orang tua anak secara lebih dewasa
Mengatur kembali hubungan dengan pasangan
Mengatur kembali hubungan dengan besan, menantu, cucu dll.
Berurusan dengan kelemahan dan kematian, terutama pada keluarga asal
Kehidupan usia lanjut
Mengatasi penuaan fisik
Menangani peran anak yang lebih besar dalam mengatur keluarga besar
Menangani kehilangan karena kematian pasangan dan teman-teman
Mempersiapkan kematian, kilas balik kehidupan dan integrasi
 
 
    F.  Struktur Keluarga dan Rumah Tangga yang Berubah
Apa yang dimaksud dengan sturktur keluarga kontemporer? Bagaimana struktur itu berubah? Bagaimana struktur itu mempengaruhi konsumsi? Apakah realitas yang berkembang dari struktur keluarga merupakan masalah atau peluang untuk organisasi pemasaran? Ini adalah beberapa dari pertanyaan yang para peneliti konsumen berusaha menjawabnya. Banyak jawaban tersebut melibatkan data dari sensus dasawarsa dan laporan sementara oleh Biro Sensus?
1.   Menikah atau Single.
2.   Ukuran Rumah Tangga.
3.   Perkawinan dalam usia yang lebih lanjut.
4.   Boom orang single.
5.   Perceraian dan perilaku konsumen.
6.   Orang-orang single yang hidup bersama.
7.   Pemasaran untuk orang single.
8.   Perkawinan kembali


     G.  Peranan Wanita yang Berubah
     Wanita sebagai konsumen apabila berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan dari budaya. Menurut saya ada beberapa budaya yang membuat wanita berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk ;
   1)    Budaya psikologis
          Budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.

   2)   Budaya social
          Budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat   membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.


     H.  Peranan Pria yang Berubah (Changing Masculine Role)
Pria sebagai konsumen apabila berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan dari budaya. Menurut saya ada beberapa budaya yang membuat wanita berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk ;
1)    Budaya psikologis
Budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.

2)   Budaya social
Budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.

    I.  Metodologi Penelitian untuk Studi tentang Keputusan Keluarga
Bila anda menyiapkan analisis pengaruh keluarga pada keputusan keluarga dalam hal pembelian atau konsumsi, sebagian besar teknik penelitian akan sama dengan studi penelitian pemasaran yang lain.
1.   Kerangka Proses-Keputusan.
2.   Kategori Sturktur-Peran. 
3.   Bias Pewawancara. 
4.   Seleksi Responden .  

     J.  Implikasi bagi Studi Perilaku Konsumen
Adapun menurut American Marketing Association yang terdapat pada buku karangan Peter dan Olson (1999, hlm. 6), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.” Paling tidak ada tiga ide penting dalam pengertian di atas, yaitu perilaku konsumen adalah dinamis; hal tersebut melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar; serta hal tersebut melibatkan pertukaran.
Pertama, definisi di atas menekankan bahwa perilaku konsumen itu dinamis. Ini berarti bahwa seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu (Peter dan Olson, 1999, hlm.6).
Hal kedua yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen di atas adalah keterlibatan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar. Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku) dan apa serta di mana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen (Peter dan Olson, 1999, hlm.8).
Hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen di atas adalah pertukaran di antara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan akan pentingnya pertukaran. Kenyataannya, peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan stategi pemasaran (Peter dan Olson, 1999, hlm.9).





SUMBER :